Kamis, 20 Maret 2014

Penyebab terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja


ada 6 penyebab yang menyebabkan remaja melakukan pergaulan bebas. gak usah basa-basi ini dia :
  1. Faktor orangtua
    Para orangtua perlu menyadari bahwa zaman telah berubah. Sistem komunikasi, media massa, kebebasan pergaulan dan moderinisasi di berbagai bidang dengan cepat mempengaruhi anak-anak kita. Budaya hidup kaum muda masa kini berbeda dengan zaman para orangtua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orangtua dalam era kini, dapat kita sebutkan antara lain : Factor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita, masih terdapat anak-anak yang merasa bahwa orangtua mereka ketinggalan zaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orangtua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. untuk Sementara orangtua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha untuk mengatasinya. Factor kekurang pedulian orangtua. Orangtua kurang peduli terhadap pergaulan muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak muda, nanti orangtua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu sudah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat. Factor ketidak mengertian. Kasus ini banyak terjadi pada orangtua yang kurang menyadari kondisi zaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak peduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. 
  2. Factor perubahan zaman
    Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas. 
  3. Sikap mental yang tidak sehat
    Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah hal berdampak negatif, contohnya dengan adanya pergaulan bebas. 
  4. Pelampiasan rasa kecewa
    Yaitu ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap orangtua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus menerus (baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.
  5. Kegagalan remaja menyerap norma dan pendidikan agama
    Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi dan bisa juga karena factor keluarga yang kurang memberikan pendidikan agama, sehingga begitu lemahnya iman seorang remaja yang menjadikan mereka gampang terpengaruh oleh pergaulan bebas dalam lingkungannya tersebut. 
  6. Teman dan Komunitas Tempat Tinggal yang Kurang Baik
    Masa remaja adalah masa dimana suatu anak masih mencari jati diri mereka yang sebenarnya, masa ini masa yang sangat rentan dan harus terus di control oleh para orangtua kepada anak mereka. Remaja yang tidak dapat memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua yang tidak memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Karena remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar